globalwakecup.com, Musim Kering Trofi: Manchester City Tersandung di 2025! Musim 2025 datang dengan semangat tinggi dari kubu Manchester City. Komposisi pemain yang masih solid, pelatih yang belum bergeser dari kursinya, serta tren kemenangan dari musim sebelumnya bikin fans yakin City bakal gaspol dari awal sampai akhir. Namun kenyataan berkata lain. Alih-alih panen trofi, City justru terjerembap di pusaran musim tanpa gelar.
Saat kompetisi masih hangat-hangatnya di awal tahun, sinyal minor sudah mulai muncul. Beberapa laga penting malah berujung hasil imbang atau kekalahan tipis. Rotasi pemain di lakukan, formasi di acak-acak, bahkan Guardiola sempat kedapatan melempar botol air karena frustrasi. Meski begitu, para pendukung tetap menaruh kepercayaan penuh. Sayangnya, kepercayaan itu justru makin di uji keras seiring musim berjalan.
Persaingan Ketat, Tapi City Kehabisan Nafas
Di Liga Inggris, persaingan makin gila. Arsenal tampil buas, Liverpool kembali menggigit, bahkan Tottenham sesekali menyenggol papan atas. Manchester City, yang biasanya tenang di jalur cepat, justru mulai goyah di pertengahan musim. Beberapa pertandingan krusial malah di lepas begitu saja, seperti kehilangan arah.
Penampilan mereka di kandang pun tak lagi menakutkan. Tim-tim papan tengah bahkan berani pasang kepala dan menguasai bola di Etihad. Akhirnya, meskipun sempat mencium aroma juara di awal, City harus merelakan puncak klasemen jatuh ke tangan rivalnya.
Di Liga Champions, cerita lebih pendek. Perjalanan City terhenti lebih awal dari dugaan. Lawan yang di atas kertas bisa di atasi justru tampil menggila. Stadion sunyi, Guardiola terdiam di pinggir lapangan, dan para pemain hanya bisa saling menunduk. Atmosfer juara seketika menguap dari ruang ganti.
Nama Besar Tidak Cukup Menahan Derita
Skuad City tidak berubah drastis. Masih ada De Bruyne yang meski makin berumur, tetap jadi motor. Haaland pun belum kehilangan insting. Tapi kali ini, nama besar tak cukup untuk bikin tim lawan ciut. Mereka di pelajari habis-habisan, di baca geraknya, dan di jegal di banyak lini. Kreativitas yang dulu mengalir lancar kini seperti tersumbat. Entah kenapa, mesin mereka seperti mogok di tengah jalan.
Beberapa pemain muda mulai di beri panggung, tapi belum cukup matang untuk menanggung beban. Harapan yang di pikul terlalu berat. Momen-momen penting malah terbuang karena keputusan terburu-buru. Walau ada yang tampil menjanjikan, tekanan terlalu besar untuk langsung bersinar dalam kompetisi sepadat itu.
Kebugaran pemain juga jadi isu yang gak bisa di sangkal. Cedera silih berganti. Kadang Haaland, kadang Rodri, bahkan Ederson sempat absen di laga penting. Sekali kehilangan pilar utama, ritme langsung amburadul. Guardiola mencoba menambal, tapi lubang yang di tinggalkan terlalu besar untuk di tutup seadanya.
Guardiola Mulai Dihantui Pertanyaan
Meski statusnya masih pelatih paling berpengaruh di Etihad, tekanan terhadap Guardiola mulai muncul dari berbagai sisi. Fans yang dulu memuja, kini mulai bertanya. Apakah metode yang di pakai masih cocok? Apakah tim ini butuh angin segar dari arah berbeda?
Tentu, bukan kali ini saja City gagal angkat trofi. Tapi kali ini, rasa gagal itu lebih menusuk. ekspektasinya sudah di level dewa. Karena lawan-lawan pun tidak segan-segan menyerang. Karena setiap kesalahan selalu di bayar mahal.
Guardiola, meski tidak berkata banyak ke media, mulai terlihat berbeda. Tatapannya di pinggir lapangan tidak seberani dulu. Keputusannya terkadang telat. Fans jadi bertanya—apakah sang maestro mulai kehabisan sihir?
Kesimpulan
Musim 2025 menjadi catatan kelam yang sulit di lupakan bagi Manchester City. Dalam sepak bola, kejutan memang selalu hadir. Tapi bagi klub sekelas City, tersandung tanpa satu trofi pun adalah luka yang menganga.
Kini, mereka harus menata ulang. Mencari kembali ruh permainan yang dulu membuat lawan gemetar. Dan yang paling penting, mulai menyiapkan generasi baru yang bisa menjaga bara tetap menyala. Karena kalau tidak, musim kering ini bisa jadi awal dari gurun panjang yang bikin haus para fans lebih lama lagi.